Pyramiding in Tortoises

By Richard Fife

Salah satu masalah terbesar yang terkait dengan penangkaran tortoises yg baru menetas adalah pyramiding. Pyramiding adalah naiknya scute selama periode pertumbuhan. Pertumbuhan normal masing2 scutes adalah melebar/horizontal dan tumbuh secara merata, sehingga bentuk permukaan tempurung rapi. Sedangkan selama hibernasi pertumbuhan scutes lambat, hanya muncul garis2 melingkar/ridge. Ridge ini sering disebut sebagai cincin pertumbuhan dan dalam beberapa spesies dapat membantu untuk menetapkan berapa umur tortoise tersebut. Nah ridge yang tumbuh menebal/tidak normal inilah yang dinamakan pyramiding. Di alam liar jarang diketemukan kasus pyramiding, dan kebanyakan ditemukan pada torto yg dipelihara di penangkaran/captive breed.

Pyramiding ini sendiri tidak menimbulkan masalah fatal bagi torto, kecuali bersamaan dengan kasus kekurangan gizi maka hal ini dapat berakibat fatal bagi torto. Pyramiding yg extreme juga dapat menyebabkan torto jantan kesulitan untuk melakukan perkimpoian kareba tidak dapat menaiki tempurung betina.

Scute yang sudah menunjukkan pyramiding tidak dapat disembuhkan, namun masih dapat dihentikan/dikurangi. Pyramiding terjadi pada tahun pertama atau kedua. Jika kondisi sudah benar selama tahun pertama atau kedua dan pyramida tidak muncul maka pyramiding pada torto dewasa tidak akan terjadi, kecuali kondisi lingkungan yang tidak ideal.

Selama bertahun-tahun muncul opini tentang penyebab pyramiding. Salah satunya karena asupan protein yang berlebihan dalam makanan torto. Faktor-faktor lain termasuk kekurangan kalsium + fosfor dalam makanan, suhu, akses ke cahaya alami atau UVB, serat makanan, overfeeding, dll. Kebanyakan kasus ini masih sebagai kemungkinan dan belum pasti.

Contoh antara pyramiding dan normal :
pyramiding sulcata tortoise

normal sulcata tortoise

Meskipun teknik pemeliharaan telah berkembang tetapi pyramiding masih saja terjadi. Memang dlm captive breed torto memiliki kesempatan utk dapat tumbuh dengan lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari jarangnya kasus pyramiding yang parah.

Anggapan umum bahwa protein adalah penyebab pyramiding, berakibat muncul pemikiran untuk menghilangkan protein pada makanan torto.
Untuk membandingkannya maka dilakukan percobaan pada 2 metoda.

Salah satu metode untuk menentukan kadar dari protein adalah memasukan air sebagai bagian dari makanan. Metode lain, disebut “dry mater/bahan kering” ,air tidak dimasukan sebagai bagian dari makanan. Hasil dari dua metode sangat berbeda. Pada metode pertama kadar protein dalam sayuran dandelion adalah 2,7%. Sedangkan metode “dry mater/bahan kering” didapatkan kadar 18,7%.

Hal yang sama juga didapat dicontohkan dengan pemberian gula 1 sendok pd limun, anggap kadar gula dlm limun adalah 2%, maka dengan menambahkan air pada limun didapatkan kadar gula menjadi 1%. Anggapan gula yang dikonsumsi lebih sedikit 50% tapi kenyataannya gula yang ditambahkan tetaplah 1 sendok. Jadi kita harus lebih teliti dalam menentukan kadar protein apakah dalam keadaan kering atau dicampur air.

Protein berasal dari senyawa asam amino, dan beberapa diantaranya dibutuhkan untuk pertumbuhan, sehingga dengan menghilangkan protein bisa jadi menyebabkan hilangya asam amino yang penting tersebut.

Salah satu produsen makanan torto berusaha untuk memuaskan konsumennya dengan mengurangi protein dalam produknya. Hasilnya produk tersebut kekurangan asam amino yang diperlukan sebagai komponen nutrisi untuk menopang kehidupan.

Selama bertahun-tahun Saya telah mencoba segala macam diet dan malah menjadi lebih bingung ketika tidak ada hasil yang konsisten dalam menghilangkan pyramiding. Saya mengerti bahwa diet(pola makan) itu sangat penting dalam membesarkan torto sehat, tapi tampaknya tidak dapat benar2 meghilangkan pyramiding. Sekitar 5 atau 6 tahun yang lalu istri saya memutuskan untuk mencoba metode baru untuk pemeliharaan torto yang baru menetas.

Dia membuat dua kelompok pada redfooted tortoise yg baru menetas sebagai eksperimennya. Kelompok pertama diletakan di sebuah kotak plastik dengan alas paper towel kering (kelembaban rendah). Kelompok kedua diletakan di sebuah kotak dengan paper towel yg basah (kelembaban tinggi). Kedua kelompok itu diletakan berdampingan dan makan makanan yg sama.

Dalam beberapa bulan terlihat perbedaan yg signifikan. Tampak terjadi pyramiding pada torto yg ditempatkan pada kondisi kering. Sedangkan pada kelompok kedua sama sekali tidak terjadi pyramiding. Kemudian kami mulai mencoba meningkatkan kelembaban pada beberapa spesies torto dan mendapatkan hasil positif.

Saya berteori bahwa di Alam liar torto yg baru menetas menghabiskan sebagian besar waktu bersembunyi di tanah2 lembab, gumpalan rumput lembab, atau di dasar liang yang lembab. Bahkan spesies gurun banyak menghabiskan kehidupan mereka di dasar liang yg lembab.

Pada bulan Januari 2001, Saya mem-presentasikan hasil temuan ini di “International Turtle and Tortoise Symposium” yang diselenggarakan di Wina Austria. Dan banyak breeder Tortoise Eropa datang pada kesimpulan yang sama dan mulai mencoba menaikkan kelembaban lingkungan, pada torto yg baru menetas.

Pada tahun 2003 Penelitian Universitas Kedokteran Hewan di Wina (Austria) menunjukan bahwa “Kelembaban” sangatlah berpengaruh pada lingkungan penetasan torto, dan juga menunjukkan dalam penelitian mereka bahwa kadar protein yang tinggi hanya memiliki sedikit pengaruh pyramiding (Wiesner CS, Iben C. 2003. Influence of environmental humidity and dietary protein on pyramidal growth of carapaces in African spurred tortoises (Geochelone sulcata). J Anim Physiol a Anim. Nutr 87:66-74).

(Untuk detil hasil penelitian bisa ke http://www.amazonreptile.com/tortoisepyramiding.pdf)

Peneliti di Wina berkesimpulam bahwa di Alam liar, selama masa kering dengan makanan hanya sedikit maka pertumbuhan scutes hanya sedikit atau tidak ada dalam penetasan kura-kura (piramida hanya berkembang selama periode pertumbuhan). sedangkan selama periode ketika makanan berlimpah dimana yang kelembaban juga meningkat, pertumbuhan menjadi cepat, dan tetapi tetap jarang ditemukan kasus pyramiding.

Hipotesis Para peneliti menyimpulkan “bahwa selama kondisi kering, dehidrasi mengurangi baik-intra dan inter-selular tekanan pada tulang rawan lunak di kawasan pertumbuhan tulang, yang dapat menyebabkan runtuhnya jaringan lunak dan osifikasi berikutnya dalam posisi yg rapuh.”

Pengalaman Hobiis di Amerika juga telah mengkonfirmasi bahwa kelembaban mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengurangi pyramiding pada anakan torto.

Tujuan saya berikutnya adalah menemukan cara mudah untuk meningkatkan kura-kura di kelembaban yang tinggi tanpa menimbulkan masalah yang terkait dengan peningkatan tingkat bakteri, jamur dan jamur. Saya telah bereksperimen dengan beberapa sistem yang berbeda : Pertama, saya menyimpulkan bahwa Canadian Sphagnum Peat Moss bekerja sangat baik sebagai penahan kelembaban. Selain itu juga tahan terhadap pertumbuhan jamur. Tidak beracun jika tertelan dan tidak akan mempengaruhi usus jika termakan. Tersedia banyak dan ekonomis.

Selama bertahun-tahun breeder ular dan gecko telah menggunakan box plastik yg disisi dengan alas dengan kelembaban cukup tinggi sebagai sarang hewan mereka. Saya kemudian mengambil pendekatan yang sama dengan kura-kura tukik saya. Mengunakan box plastik yang dilubangi sisinya sebagai pintu masuk. Dan di isi moss sebagai media untuk menjaga kelembaban, sehingga torto dapat masuk kedalam ketika membutuhkan lingkungan yg lembab.

Untuk substrate/ alas diluar box dapat digunakan bahan yang kering. Saya menggunakan jerami alfalfa kering tanpa batangnya. Sangat penting untuk memisahkan substrat kering dari substrat lembab untuk mencegah pertumbuhan jamur.

Juga penting untuk menyediakan, air, panas, pencahayaan UVB, dan diet seimbang. Moss harus diperiksa secara rutin untuk tingkat kelembaban dan teratur diganti dengan yang segar.

Setelah beberapa tahun menggunakan sistem ini (box kelembaban) Saya telah mampu secara konsisten menghasilkan torto yang sangat bagus dan sehat tanpa pyramiding.

Saya yakin bahwa ada banyak metode lain yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelembaban. Ini adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam teknik breeding Anda yang telah sukses bagi saya. Good luck with your “babies”!
(sumber : http://www.ivorytortoise.com/informa…tortoises.html)

Categories: Artikel | Leave a comment

Post navigation

Tinggalkan Pesan Anda....

Create a free website or blog at WordPress.com.